- PEMUDA PILIHAN -
Oleh: H. Badruzzaman Busyairi
Kami
ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya
mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami
tambahkan kepada mereka petunjuk; (13) - dan Kami telah meneguhkan hati mereka
di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan
langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya
kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari
kebenaran". (14)
(QS Al Kahfi 13-14)
Pemuda dan masa muda merupakan
tahapan hidup dan kehidupan manusia yang penuh vitalitas. Aktif, reaktif,
kreatif, sekaligus idealis. Ketika penindasan sedang terjadi dalam suatu
masyarakat dan bangsa, para pemuda tampil melakukan perlawanan. Ketika kebekuan
sedang melanda kehidupan masyarakat, para pemuda muncul melakukan pendobrakan. Ketika terjadi
pengerusakan terhadap nilai-nilai kehidupan, para pemuda tampil memberantas
nya. Dan ketika kebencian kepada para Nabi, Utusan Allah melanda suatu kaum,
para pemuda tampil menjadi pembela yang gigih, sekaligus menjadi
pengikut-pengikut setia para Nabi.
Itulah beberapa karakter kehidupan pemuda
yang terukir indah kalam khasanah sejarah umat manusia. Pemuda-pemuda pilihan
yang namanya telah diabadikan alam pentas kehidupan manusia sejak dahulu kala
Pembela Kebenaran
Dalam catatan secara di dunia, terungkap dengan
jelas tatkala Nabi Musa mengajak kaumnya untuk menyembah Allah swt, maka hanya
para pemuda sajalah yang mau mengikutinya. Sedang lapisan masyarakat lainnya
menolak tegas. Mereka takut pada ancaman dan siksaan penguasa. Allah swt, telah
memberitahukan sikap positif para pemuda itu dalam Al-Quran surat Yunus 83,
sbb:
Maka
tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa)
dalam keadaan takut bahwa Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa
mereka. Sesungguhnya Fir`aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan
sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (QS. Yunus 83)
Hal serupa
terjadi pada tahun-tahun permulaan Rasulullah menyampaikan Risalah Islamiyah
kepada ummat manusia, para pemuda lah yang lebih dulu menyambutnya dengan
sepenuh hati. Mereka adalah Umar bin Khattab, Sa’ad bin Abi Waqash, Mu’adz bin
Jabal, Abdullah bin Mash’ud, Thalhah bin Ubaidillah, Zubail bin Awwam, Ali bin
Abi Thalib, dan lain-lain yang umurnya kala itu rata-rata belum 20 tahun.
Sedangkan Abu
Bakar Ash-Shiddiq yang namanya menjadi buah bibir orang di masa itu, dan yang
telah mengantarkan para pemuda itu memeluk Islam, usianya belum sampai 40
tahun.
Penghancur Kebatilan
Sebaliknya, para
pemuda juga menjadi orang-orang pertama penghancur kebatilan. Ketika Raja
Namrud memerintah secara kejam dan masyarakat menyembah patung-patung, maka
pemuda Ibrahim tampil secara heroik menentang kekuasaan raja dan menghancurkan
patung-patung sesembahan mereka.. Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala, namanya
Ibrahim”. (QS. Al-Anbiya 40)
Kemudian dalam
kurun waktu yang berbeda, ketika kebatilan teramat kuat merasuki kehidupan
masyarakat, suku dan bangsa lantaran dukungan penuh dari kalangan militer,
birokrat, dan penguasa, para pemuda pilihan maju pantang mundur. Bahkan mereka
menolak tawaran perdamaian dari para penguasa. Mereka menolak kompromi antara
kebatilan dan kebenaran. Bagi mereka, antara keduanya tidak bisa disatukan. Bentuk dan
sifat keduanya (kebatilan dan kebenaran) berbeda secara diametral. Jika tetap
dipaksa mereka lebih suka memilih berlepas diri, dari pada hidup bersama
kebatilan. Itulah sikap para pemuda Ashabul Kahfi, yang perjalanan hidupnya
diabadikan secara indah dalam Al-Quran.
Mereka mengembara untuk menghindarkan diri dari kebatilan, sampai
suatu gua mereka masuk dan beristirahat dengan tenang. Padahal di luar,
penguasa terus memburuknya. Di dalam gua itu, mereka tidur pulas berhari-hari
lamanya, bahkan bertahun-tahun dan berabad-abad, tanpa haus, lapar, maupun
lelah. Mereka
tidur panjang, melampaui zamannya, selama309 tahun (lihat QS Al-Kahfi 25).
Sungguh ajaib!
Meski demikian, sewaktu Allah membangunkan mereka, mereka merasa seperti
baru tidur sebentar saja, sebab semua yang ada di sekitarnya termasuk pakaian
yang melekat di badannya masih utuh, tak kurang sedikit pun juga. Bahkan anjing
yang setia menyertainya, tertidur juga. Dan ketika bangun anjing itu tetap
menyalak, sehat tak kurang suatu apapun.
Itulah pertolongan Allah yang diberikan kepada para pemuda yang gigih
melawan kebatilan. Mereka diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah sehingga
memperoleh kejayaan (lihat QS Al-Kahfi 13-14)
Menjaga Kehormatan Dirinya
Pemuda yang namanya terukir indah, dan akan tetap dikenang sepanjang masa,
adalah seorang pemuda yang berhasil memanfaatkan masa mudanya dengan
sebaik-baiknya. Ia bukan hanya menjadi pembela bagi orang yang tertindas, dan
tampil ke gelanggang menghancurkan segala bentuk kebatilan dan kemungkaran,
namun juga memiliki kepribadian yang utuh dan kuat, tidak bersifat munafiq, dan
tidak tergoda oleh segala bujuk rayu syaitan.
Itulah watak pemuda pilihan seperti Nabi Yusuf as, yang namanya menjadi
perlambang ketampanan, kegagahan dan kebagusan di seantero jagad. Meskipun ia
menjadi incaran bagi para gadis dan wanita cantik, dan berulang kali dibujuk
dan dipaksa untuk berbuat maksiat serta memiliki banyak kesempatan, namun ia
tetap menolak melakukan zina. Ia lebih rela dijebloskan ke penjara, karena
tidak mau melayani nafsu seorang istri pejabat tinggi yang cantik, muda, kaya,
dan terhormat, daripada harus melanggar aturan Allah. Dengan jujur Yusuf as berkata:
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih
aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau
hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi
keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf 33)
Berilmu dan Berwawasan Luas
Pemuda pilihan juga pemuda yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas,
seperti yang diperlihatkan oleh Ali bin Abi Thalib.
Sejak masih kanak-kanak ia memang tekun menuntut ilmu dan membaca berbagai
fenomena masyarakat. Ketika tumbuh menjadi pemuda, ilmu dan wawasan nya
bertambah banyak, melebihi orang-orang yang seusianya. Beberapa Sahabat Senior
tidak jarang menanyakan sesuatu masalah kepadanya, dan dijawab dengan tuntas.
Ia menjadi gudang ilmu, sepeninggal Rasulullah saw. Dan dengan bijaksana ia
berkata, “Tiap wadah (tempat) menjadi sempit dengan barang yang dimasukkan ke
dalamnya, kecuali tempat ilmu, maka ia akan bertambah luas.” (dikutip dalam
kitab Abqariyyatul al Imam Ali yang ditulis oleh Abbas Mahmoud al Aqqad).
Pernyataan itu benar. Ketika berbagai persoalan yang juga mengantar
terjadinya berbagai kemelut di masyarakat dan pemerintahan, ia mampu
menghadapinya dengan memberikan berbagai pandangan yang luas.
Pemuda pilihan memang harus memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Terlebih
pada zaman sekarang ini dimana ilmu manusia sudah sangat maju.
Berakhlaq Mulia
Pemuda pilihan selain memiliki sikap-sikap positif di atas, juga harus
berakhlaq mulia seperti yang terlihat pada diri Muhammad saw, jauh sebelum
beliau diangkat menjadi Nabi Utusan Allah. Begitu rupa keindahan akhlaq nya,
sampai orang-orang menyebutnya “Al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya
(jujur).
Syaih Shafiyyur Rahman Al Muarakfury, seorang penulis sejarah Nabi, dalam
kitabnya yang berjudul “Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun fis-Sirah an-Babawiyah ‘ala
Shahibu Afdalish-Shalati Wassalam”, menulis sbb:
Nabi saw menonjol di tengah kaumnya karena perkataannya yang lemah lembut,
akhlaqnya yang utama, sifat-sifatnya yang mulia. Beliau adalah orang yang
paling utama kepribadiannya, paling bagus akhlaqnya, paling terhormat dalam
pergaulannya dengan para tetangga, paling lemah lembut, paling jujur
perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik
amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya sehingga
orang-orang menjulukinya “Al-Amin”, karena beliau menghimpun semua keadaan yang
baik dan sifat-sifat yang diridhai Allah dan manusia.
Wal hasil, beliau adalah ushwah hasanah, contoh teladan yang baik sejak
dari kanak-kanak sampai akhir hayatnya.
Keluhuran akhlaq sangat diperlukan bagi pemuda, sebab mereka akan menjadi
tumpuan hidup bagi keluarganya, masyarakatnya, bangsa, dan negaranya, serta
umat manusia pada umumnya. Di bagian lain, keluhuran akhlaq diperlukan bagi
pemuda lantaran jasad mereka sedang mengalami proses pertumbuhan . Jika dalam
proses pertumbuhan itu mereka diisi dengan akhlaq yang baik, maka akan
menghantarkan jiwa mereka menjadi baik. Hidupnya menjadi bermakna, hati,
pikiran, dan perasaannya bersih, penuh kasih sayang, tidak sombong, selalu
berbuat baik kepada orang tua, konsisten kepada kebenaran dan selalu bertaqwa
kepada Allah.
Itulah pemuda yang diisyaratkan oleh Allah, dalam Kitab-Nya Al-Quranul
Karim, akan mendapat kesejahteraan pada Hari Kebangkitan nanti.
Kesejahteraan
atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari
ia dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam
15)
Wallahu ‘alam.