Assalamualaykum wr wb.
Gimana nih kabar antum-antum semua? Semoga kabar antum sehat dan bagus ya...
Setelah sekian lama tidak menulis di blog IMMBC tercinta, kali ini Saya akan membahas tentang pentingnya menutupi aib pribadi dan orang lain.
Sebelum membahas tentang dasar hukumnya, mari kita refleksi sejenak tentang apa yang biasa terjadi didalam kehidupan kita. Pernah gak si... temen-temen disini melihat seseorang mengupload foto-foto tentang dirinya dan orang lain sedang melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat? Bahkan bisa dibilang di dalam foto tersebut ada aib mereka. Pasti pernah kan? Nah, karena sekarang adalah zaman digital dan global, dimana seluruh informasi termasuk foto-foto dapat dengan cepat menyebar dan dapat diakses oleh siapapun maka berhati-hatilah dan bijaklah dalam mengupload foto ataupun membuat status di medsos.
Apalagi sekarang berbagai medsos sudah dapat diakses oleh siapapun. Siapa yang tidak mengenal instagram? Medsos yang satu ini jika tidak digunakan secara bijak akan dapat disalahgunakan oleh pihak lain. Selain itu masih banyak medsos yang lainnya seperti facebook, twitter, line, whatsapp dan kawan-kawannya. Berapa banyak orang yang dituntut ke pengadilan karena kurang bijak dalam menggunakan medsos? Berapa publik figur yang pamor nya merosot karena kejahatan para pihak di media sosial?
Lebih dari 14 abad yang lalu, sebelum masalah-masalah tersebut terjadi Al Quran telah menjelaskan pentingnya menutupi aib diri sendiri dan aib orang lain.
Allah berfirman dalam Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya." (HR. at-Tirmidzi)
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim).
Demikianlah bahasan tentang pentingnya menutup aib diri sendiri maupun orang lain. Hendaknya kita semua lebih bijak dalam menjaga lisan dan menggunakan media sosial yang begitu dekat dengan kehidupan kita. Dan jangan lupa, setiap orang memiliki privasi sendiri-sendiri yang tidak semua orang harus tahu akan hal tersebut.
"Orang lebih mudah melihat keburukan orang lain daripada keburukan dirinya, bisa jadi keburukan dirinya lebih buruk daripada keburukan orang lain."
Rawamangun, 8 Agustus 2015
Hanif Sudrajat Bimantara