- MANUSIA MONYET -
Oleh: H. Ferry Nur S.Si.
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang
yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka:
"Jadilah kamu kera yang hina".
(QS.
Al-Baqarah:65)
Manusia monyet adalah manusia yang memiliki
perangai dan sikap seperti monyet. Tidak berbeda dengan monyet yang ada di
hutan atau yang dipelihara oleh manusia seperti di kebun binatang.
Walaupun secara penampilan manusia tersebut tidak
memiliki bulu yang lebat yang menutupi seluruh tubuhnya, berpenampilan necis,
memakai jas dan dasi dalam setiap pertemuan. Akan tetapi segala sifat dan
perilaku monyet terdapat pada dirinya.
Ada beberapa perilaku monyet yang perlu diketahui
agar jangan sampai kita termasuk dalam kelompok manusia monyet, di antara
perilaku dan sifat monyet itu adalah sebagai berikut:
Pertama adalah licik, monyet
sangat terkenal dengan kelicikannya. Dalam pergaulan dengan sesama monyet atau
dengan binatang lainnya, monyet selalu ingin menang sendiri dengan menggunakan
segala macam cara, tidak mengindahkan lagi norma-norma yang berlaku di tengah
masyarakat, asal maksud dan tujuan dapat tercapai semua aturan dilabraknya, bahkan
monyet tidak lagi memperdulikan halal-dan haram. Ketika melakukan pendekatan
dengan pihak tertentu untuk maksud dan tujuan yang akan diraih, sering
memberikan janji-janji yang aduhai, janji yang menggiurkan, setelah itu tipu
muslihatnya yang beraksi sehingga menimbulkan kekecewaan yang berat bagi orang
yang telah menolongnya.
Kedua adalah rakus, monyet
sangat rakus dan tamak terhadap makanan, walaupun di mulut dan di tangannya
sudah penuh dengan makanan, akan tetapi jika masih terlihat makanan ada di dekatnya,
tanpa pertimbangan lagi langsung disikatnya untuk disantap. Bahkan monyet tidak
pilih-pilih buah untuk disantap, terkadang buah yang masih muda pun juga
disikatnya, termasuk juga kacang, jagung, ubi milik petani. Sehingga monyet
sering membuat keresahan di masyarakatnya.
Ketiga adalah mementingkan diri
sendiri, monyet ketika telah berhasil di dalam pemenuhan kebutuhannya akan lupa
dengan teman, bahkan ketika sudah
mendapatkan makanan yang banyak dan posisi yang tinggi di pucuk dahan, monyet
akan selalu bergoyang-goyang kesenangan dihembus angin sepoi-sepoi sambil
menikmati pisang yang ada di tangannya. Teman-teman monyet yang melihat tingkah
laku monyet di pucuk dahan yang sedang asyik dengan kesenangannya mengharapkan
kepeduliannya agar membantu monyet-monyet yang ada di bawah, akan tetapi monyet
yang di atas sudah lupa diri, bagaikan kacang lupa akan kulitnya, sehingga
kalaupun memberi, hanya kulit pisang yang dilemparkan ke bawah sedangkan isinya
sudah dimakan terlebih dahulu.
Keempat adalah minta perhatian,
monyet dalam setiap aktivitasnya selalu ingin diperhatikan, sehingga monyet
selalu berpindah-pindah tempat, terbang dari suatu ranting ke ranting lainnya
bahkan berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dan untuk menarik perhatian
sering menggunakan kata-kata yang tidak jelas bahkan berteriak ke sana ke mari.
Monyet Dalam Al-Quran
Kata qiradatan,
bentuk tinggalnya (single) adalah qirdun yang artinya monyet, dapat kita
temui di dalam Al-Quran pada tiga tempat yaitu: surat Al-Baqarah/2:65; surat Al-Maaidah/5:60;
dan surat Al-A’raaf/7:168. Untuk
lebih jelasnya kita lihat firman Allah tersebut:
Dan
sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada
hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang
hina". (QS. Al-Baqarah/2:65)
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang
orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi
Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka
(ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?"
Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS.
Al-Maaidah/5:60)
Maka
tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang
mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina. (QS.
Al-A'raaf/7:166)
Ketiga ayat di atas bercerita tentang
orang-orang Yahudi yang dikutuk menjadi kera yang hina, disebabkan mendurhakai
perintah Allah. Mereka telah melanggar perjanjian untuk menghormati hari Sabtu
dan tidak bekerja pada hari itu. Lalu mereka mengakali Tuhan dan mencari-cari
alasan supaya dapat menangkap ikan yang justru hanya muncul pada hari Sabtu,
yaitu dengan cara memasang jala, kail dan perangkap pada hari Jumat sehingga
ikan-ikan itu tidak dapat melepaskan diri pada hari Sabtu tersebut. Kemudian
mereka akan mengambilnya pada malam Ahad/Minggu sebagai alasan bahwa mereka
tidak menangkapnya pada hari Sabtu. Padahal praktek penangkapannya justru
mereka lakukan pada hari Sabtu itu karena banyaknya ikan yang muncul ke
permukaan telah membuat mereka melupakan larangan Allah. Oleh karena itu Allah mengubah
mereka menjadi monyet yang hina.
Manusia Makhluq yang Mulia
Manusia merupakan makhluq yang
mulia karena iman dan taqwanya kepada Allah, apabila iman dan taqwanya
mengalami degradasi (penurunan derajat) karena melakukan kemaksiatan dan dosa
serta tidak malu kepada Allah, maka kedudukannya akan hina bahkan lebih hina
dari binatang. Hal ini
dijelaskan Allah dalam Al-Quran:
Sesungguhnya
orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke
neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk
makhluk. (QS. Al-Bayyinah/98:6)
Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raaf/7:179)
Mengapa orang-orang Yahudi dikutuk oleh Allah sebagai
monyet yang hina? Karena kelakuan bangsa Yahudi serupa dengan kelakuan monyet,
bahkan lebih hina dari monyet yang sesungguhnya.
Oleh karena itu sebagai manusia yang beriman kepada
Allah dan Al-Quran sudah seharusnya mengambil sikap tegas terhadap kebiadaban
orang-orang Yahudi Zionis Israel, yang telah membantai kaum Muslimin di
Palestina khususnya anak-anak yang tidak berdosa. Kita tidak dapat bersikap
netral dengan arogansi dan kezhaliman yang telah dipertunjukkan zionis Israel . Kita punya hati nurani,
kita punya perasaan, kita punya iman. Oleh karena itu wajib bagi kita mengutuk
dengan keras tanpa ada perasaan takut, ini merupakan wujud dari iman yang
melekat dalam diri seorang mu’min. Allah berfirman:
Telah
dila`nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera
Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
batas. (QS. Al-Maaidah/5:78)
Wujud dari sikap tegas kita adalah tidak mendukung
setiap gerakan zionis Israel ,
apalagi masuk bergabung ke dalam yayasannya,
yang mempunyai program menggusur pemukiman Ummat Islam Palestina. Dan
janganlah kita membelanjakan uang/harta kita kepada produk-produk
Yahudi/Israel, karena setiap dollar keuntungan mereka akan mereka gunakan untuk
membeli peluru yang akan diarahkan ke Muslimin Palestina. Ironis memang,
terkadang umat Islam sendiri yang membiayai musuh-musuh Islam dalam usahanya
untuk merusak umat Islam di belahan bumi lain.
Orang tua kita pernah memberi nasehat, “Bergaul kamu dengan
penjual minyak wangi, maka akan wangi juga badanmu. Bergaul kamu dengan pandai
besi, maka akan panas dan hitam badanmu.” Nasihat tersebut dapat ditambah,
“Bergaul kamu dengan manusia monyet (Zionisme), maka monyet juga kamu jadinya.”
Wallahu ‘alam
0 komentar:
Posting Komentar