Mewaspadai
Permusuhan
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani
Maka jika mereka beriman kepada
apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk;
dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan
kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
(QS Al-Baqarah: 137)
Dalam kehidupan
ini, kita dapati begitu banyak manusia saling bermusuhan, meskipun sebenarnya
manusia itu saling membutuhkan. Dari permusuhan itu telah muncul sikap dan
perilaku kekerasan yang mengakibatkan perpecahan, pertikaian, peperangan,
hingga pembunuhan secara biadab.
Sebagai agama
benar, islam datang untuk membawa kedamaian dan mewujudkan perdamaian antara
manusia. Karena itu, sejarah menunjukkan bahwa kaum muslimin tidak pernah
memulai melakukan permusuhan dan peperangan, ternyata sejarah itu terus
berulang hingga hari ini, baik dalam pertikaian di dalam negeri seperti di
Ambon, Maluku, dan Poso, dimana ummat islam dalam posisi membela diri.
Karena pada
dasarnya islam tidak menghendaki terjadi dan berkembangnya permusuhan di
kalangan sesama manusia, apalagi antara sesama muslim, maka kita perlu teliti
mengapa bisa muncul pada jiwa manusia sikap permusuhan antara sesama manusia.
Al-Qur'an menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada tujuh penyebab lahirnya
sikap permusuhan.
1. Iri Hati
Hasad, dengki
atau iri hati terhadap orang lain atas keberhasilan yang dicapai mereka
merupakan salah satu sebab yang sangat dominan bagi terjadinya permusuhan di
kalangan manusia, termasuk pada sesama saudara sekalipun. Apalagi kalau sikap
itu dibalas oleh orang yang dimusuhi maka permusuhan akan semakin besar. Sebab
tanpa dibalas (ditimpali) saja permusuhan sudah timbul.
Iri hati
sebagai penyebab permusuhan ini terungkap dalam al-Qur'an tentang peristiwa
yang terjadi kepada kedua anak kandung Nabi Adam as, yaitu Qabil dan Habil.
Qabil iri hati terhadap Habil yang qurbannya diterima oleh Allah dan berhak
mengawini saudaranya yang lebih cantik. Akhirnya Qabil membunuh Habil.
Peristiwa terabadikan di dalam Al-Qur'an surah Al-Maidah (5) ayat 27 s/d 30.
Ceritakanlah
kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima salah seorang dari mereka
(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, “Aku
pasti membunuhmu”. Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban)
dari orang-orang bertaqwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” Maka hawa nafsu
Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu
dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.
2. Berpaling dari kebenaran
Sebagai seorang
muslim sejati, tentu kita akan selalu berpegang dan berpihak pada kebenaran
yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Penolakan pada kebenaran itulah yang
menjadi bibit munculnya permusuhan, karena itu, apabila ada manusia yang tidak
mau berpihak kepada kebenaran, mereka akan bermusuhan terhadap siapa saja yang
berpegang pada nilai-nilai kebenaran Ilahi.
Sejarah telah
menunjukkan hal itu, ketika Umar bin Khattab, Hamzah bin Abdul Muthalib dan
lain-lain menerima kebenaran Ilahi, maka yang terjadi adalah persahabatan dan
ketentraman hidup, sedangkan penolakan yang dilakukan oleh Abu Jahal, Abu
Lahab, Abu Sufyan dan sebagainya membuat mereka mengibarkan bendera permusuhan
hingga terjadi berkali-kali pertumpahan darah dan pembunuhan. Allah swt
mensinyalir hal ini di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah (2) ayat 137.
Maka
jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman padanya, sungguh mereka
telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada
dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka.
Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
3. Terhalang dalam mencapai
kebenaran
Permusuhan juga
bisa terjadi bila salah satu pihak menganggap bahwa pihak lain merupakan
penghalang dalam pencapaian tujuan, walaupun sebenarnya bisa jadi anggapan itu
tidak benar atau tidak berdasar. Sebagaimana peristiwa yang dialami oleh Nabi
Yusuf as. Saudara-saudara Nabi Yusuf menganggap Nabi Yusuf sebagai penghalang
kasih sayang orang tua terhadap mereka. Karena itu mereka bersekongkol untuk
membunuh Nabi Yusuf. Hal ini diabadikan Allah dalam Al-Qur'an surah Yusuf ayat
7 s/d 18.
4. Terancam kedudukan dan
kepentingannya.
Sebagaimana
kita ketahui, orang-orang kafir tidak hanya menolak ajaran Islam yang dibawa
oleh Rasulallah SAW, tapi juga memusuhi Nabi dan para sahabatnya hingga terjadi
penganiayaan terhadap umat Islam dan berlangsung peperangan beberapa kali
karena kaum muslimin harus mempertahankan diri. Allah swt berfirman dalam
Al-Qur'an Surah Muhammad (47) ayat 32.
Sesungguhnya
orang-orang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi
rasul sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi
mudharat (mencelakai) kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan menghapuskan
(pahala) amal-amal mereka.
Semua itu
dilakukan oleh orang-orang kafir karena merasa terancam kedudukan dan
kepentingannya bila menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
5. Mempertahankan harga diri
dengan cara keliru
Sejarah telah memberi
pelajaran kepada kita bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik begitu
keras permusuhannya terhadap Rasulallah SAW dan para sahabatnya serta
orang-orang yang beriman, hal ini karena mereka adalah orang-orang yang keliru
dalam mempertahankan harga diri, mereka merasa menjadi orang yang benar dengan
keyakinan dan kebiasaan mereka, padahal Allah telah menurunkan Islam sebagai
agama yang benar. Permusuhan mereka yang keras itu dikemukakan oleh Allah dalam
Al-Qur'an surah Al-Maidah (5) ayat 82.
Sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Oleh karena itu
siapa saja yang bermaksud mempertahankan diri demi harga diri, padahal telah
melakukan kesalahan dan menyadarinya maka ia telah menanam bibit-bibit
permusuhan kepada orang yang bermaksud memberinya saran dan koreksi. Padahal saran dan koreksi
itu diberikan untuk kebaikannya sendiri.
6. Salah paham
Faktor yang juga harus
diwaspadai dari penyebab permusuhan antara manusia adalah kesalahpahaman dalam
menyikapi atau menerima sesuatu. Istri dan anak dapat menjadi musuh bagi
seseorang hanya diakibatkan oleh kesalahpahaman.
Suami yang baik tentu
ingin agar istrinya menjadi baik, namun kadangkala apa yang dilakukan suami
disalahpahami oleh istri yang berakibat penetangan dari istri. Begitu pula
orang tua terhadap anak. Orang tua menginginkan kebaikan bagi sang anak, namun
sering kali anak salah dalam memahaminya, akibatnya tidak jarang anak-orang tua
dan suami-istri saling bertengkar dan akhirnya saling membenci.
Hal ini diungkapkan oleh
Allah dalam Al-Qur'an Surat At-Taghaabun ayat 14:
Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi
musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.
7. Sombong
Sombong atau takabbur
merupakan sifat yang ditonjolkan oleh Iblis terhadap Nabi Adam as, ketika itu
ia diperintahkan oleh Allah untuk sujud atau menghormati Adam, tapi hal itu
tidak mau dilaksanakannya. Ketika Allah bertanya tentang apa yang menghalangi
Iblis untuk sujud kepada Adam, dan Iblis menjawab seperti yang tercantum dalam
Al-Qur'an Surah Shaad (38) ayat 76
Aku lebih baik
daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Engkau ciptakan ia
(Adam) dari tanah.
Sikap sombong Iblis ini
merupakan sesuatu yang amat tidak pantas, apalagi api dan tanah hanyalah benda
yang kedudukannya sama-sama makhluk ciptaan Allah, hanya saja fungsinya
berbeda. Sayangnya sifat sombong Iblis ini banyak dianut oleh manusia, sehingga
merasa lebih baik dari pada manusia lainnya, baik dalam ras, pendidikan, status
sosial ekonomi, dan lain-lain. Padahal sombong adalah suatu sifat yang
menyebabkan Iblis menjadi musuh Adam dan keturunannya serta menjadikan ia
makhluk yang dilaknat Allah.
Karena sifat sombong yang
melekat pada iblis inilah maka terjadi permusuhan abadi antara Iblis dan
manusia hingga akhir jaman. Maka manusia yang memiliki sifat sombong sebenarnya
ia telah menebarkan bibit-bibit permusuhan kepada lingkungannya.
Demikianlah tujuh penyebab permusuhan yang harus kita waspadai agar
tidak melekat pada diri kita. Bila kita mempunyai musuh atau orang yang tidak
kita sukai atau orang yang tidak menyukai kita, maka mungkin salah satu atau
beberapa sifat di atas telah ada pada diri kita. Wallaahu a'lam
0 komentar:
Posting Komentar